Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘renungan’ Category

Teriakan Takbir itu masih terasa menggema. Takbir yang mengiringi sebuah ikhtiar perubahan sebuah negeri yang bernama Indonesia.

Perubahan itu ada ditangan kita sekarang….akankah kita mengambil tugas peradaban ini, atau kita lari dan menjadi pecundang ?.

Kuatkan hati.Siapkanlah bahu…Indonesia memangggilmu wahai mujahid dakwah. Jangan gentar dengan resiko yang pasti terbentang. Mati adalah sebuah kehormatan bagi kita…bukankah syahid adalah cita-cita tertinggi kita ?.

Mari Pekikkan Takbir untuk perjuangan ini ..ALLAHU AKBAR…
Mari pekikkan Takbir untuk tugas yang belum selesai ini…ALLAHU AKBAR …
Mari kita teriakan Takbir untuk jiwa-jiwa yang senantiasa rindu akan ridho dan rahmat Allah ….
Dan mari kita teriakan Takbir untuk KEMENANGAN YANG TINGGAL SELANGKAH LAGI INI ..ALLAHU AKBAR…ALLAHU AKBAR..ALLAHU AKBAR …!!!

Ciwaruga,nyaris tengah malam
Untukmu duhai negeriku..

Read Full Post »

Perjalanan seperti biasa menjadi sesuatu hal yang saya sukai. Ada banyak alasan kenapa saya suka dengan perjalanan, satu diantaranya adalah saya bisa lepas dari rutinitas hingga ujungnya mampu untuk memberikan kembali energi untuk beraktivitas.Namun sesungguhnya ada yang lebih penting dari itu semua yaitu saya bisa menikmati ayat-ayat Allah yang terbentang sepanjang perjalanan. Hamparan sawah yang menghijau, gunung yang menjulang tinggi sampai aliran sungai yang deras semuanya selalu berhasil membuat saya merenung dan merenung.

(lebih…)

Read Full Post »

Kader MUNTABER

Obrolan dengan ust Topik Ismail lc di sepanjang perjalanan menuju mesjid hari ini terasa amat bermakna untuk saya. Berawal dari obrolan tentang dakwah yang sekarang ini sedang ada di posisi yang amat menentukan di negeri ini terutama menjelang suksesi kepemimpinan tahun 2009 yang tentu mau tidak mau akhirnya akan berpengaruh kepada perjalanan dakwah islam di Indonesia ini. Pada tahun 2009 nantilah akan kita tentukan apakah kita mendapatkan pemimpin yang ramah terhadap dakwah atau kejam terhadap dakwah. (lebih…)

Read Full Post »

Akh Cuma ngingetin, sore ini kita kumpul di rumah ustadz sampai jam 7 terus berangkat bareng untuk ‘itikaf yah ..” sms ini saya terima kemarin siang. Saya terdiam membaca sms itu karena saya tahu hari senin bukan hari pertemuan dengan ustadz.” Sempat juga sih bertanya, kenapa mesti hari ini. Terus terang saya merasa berat untuk memenuhi undangan ini. Badan ini masih terasa teramat lelah setelah perjuangan menjalankan berbagai agenda dalam kondisi kesehatan yang tidak optimal. Saya sangat butuh sekali istirahat. Ingin rasanya berbaring tenang di kasur hangat dan bangun agak siang. Belum lagi saya ingat, anak saya hari senin itu mau menunjukkan parsel buatannya di sekolah. Semua telah membuat saya cukup berat untuk datang menemui ustadz dan ikhwah yang berencana itikaf malam itu.

Dalam beratnya rasa, entah kenapa ada rasa rindu yang begitu menggigit. Tiba-tiba wajah ustadz  terbayang dipelupuk mata. Senyumnya yang damai, taujihnya yang  lembut namun  menggelorakan semangat. Saya teramat rindu dengan ustadz. hmmm…memang dari awal ramadhan saya belum berjumpa lagi dengannya. Kerinduan inilah yang akhirnya membuat saya memacu kendaraan ini menuju rumah ustadz.

Senyuman damai para mujahid dakwah menyambut saat saya bergabung ke rumah ustadz. Ada rasa haru tersediri saat bersalaman dan berpelukan dengan mereka. Entahlah saya merasakan ada rasa aneh yang dulu sangat  akrab dan cukup lama  hilang terutama setelah sakit mendera tiada henti dipertengahan ramadhan ini. Semua telah membuat saya terdiam tak bisa berkata banyak.

” motor antum disimpan saja ya akh, antum ikut ana aja. Dibonceng sama ana yah “Suara ustadzpun akhirnya membuyarkan lamunan itu. Saya sebenarnya ingin berkata : ” afwan stadz, ana ngak bisa ikut ‘itikaf. Ana butuh istirahat”. Tapi sungguh, saya sulit untuk mengatakan hal itu. Saya hanya sanggup berkata : ” iya stadz, syukron …” Dan akhirnya sayapun ikut dengan rombongan menuju sebuah masjid di daerah ciwaruga. Sebuah Mesjid yang terletak di tengah-tengah tempat yang begitu sunyi. Tempat yang sedang terus dibangun menjadi sebuah sekolah unggulan yang dikelola oleh ustadz. Lagi-lagi rasa aneh itu bergetar di jiwa saat menatap mesjid yang sederhana namun indah itu. Allah..ada apakah ini ?.

Malam ini menjadi malam yang teramat panjang untuk saya. Setelah berkhidmat mempersiapkan untuk nanti makan sahur ikhwah yang lain, saya coba untuk memejamkan mata ini tapi masya Allah, mata ini rasanya sulit untuk terpejam. Dingin udara itu juga semakin membuat saya tidak mampu untuk tidur hanya mampu sedikit saja terkantuk-kantuk.

Jam 2 dini hari. Saya memutuskan untuk menghentikan upaya untuk tidur itu. Saya bangun dan mengambil air wudhu. Sejuk nian terasa saat air wudhu itu membasuh wajah ini. Air wudhu itu telah memberikan kesegaran sampai ke pori-pori. Alhamdulillah ya Allah.

Bergegas saya kembali ke mesjid dan saat tangan ini diangkat, saat ucapan takbir mengiringinya, terasa getaran itu semakin kuat dan terus menguat. Getaran itupun akhirnya  merontokkan air mata ini. Getaran ini semakin kuat dan semakin jelas. Dan getaran itupun akhirnya bisa saya tafsirkan. Getaran itu adalah KEDAMAIAN. Ya Allah….mengapa rasa itu begitu asing. Padahal kedamaian adalah sesuatu yang terus menerus saya minta.

Allah memang indah. Allah selalu punya cara yang indah untuk menyeret hambanya mendekat padaNya. Allah akbar….

Dan dikeheningan itupun sujud ini terasa begitu indah. Tak terasa lisanpun mengucap :” Terima kasih Allah….Kau telah mengembalikan rasa damai yang pernah hilang itu. Yaa Muqolibul qulub, jangan pernah lagi biarkan hati ini lalai untuk mengingatMu…” Dan saya pun berkata. ” buat saya, inilah lailatul qodr itu…..

ps: untuk ustadz nasir dan ikhwah fillah semua..jazakumullah khairan katsira. Antum telah jadi washilah untuk menuju kesembuhan total jiwa dan raga ini. Syukron Jiddan….

Read Full Post »

Tragedi kemiskinan itu

Tangan kurus itu

Wajah letih itu

Berkeringat berebut uang tiga puluh ribuan…

Duhhh…apa yang terjadi denganmu wahai pemilik negeri

Wajah kemiskinan ini terlalu memilukan

Semua telah menguras dan bahkan menghilangkan harga sebuah kehidupan

Sanggupkah kita jadi wakil Allah swt di bumi miliknya ini ?

ahhh… inilah saat kita terlalu banyak berteori

Mimbar itu terlalu agung untuk mereka yang lapar

Sekarang… mari kita pindahkan mimbar itu ke kantong-kantong kemiskinan

Kita ganti kata-kata kita dengan program pengentasan kefakiran

Semoga kata kita tidak lagi menjadi basi

Semoga amal kita tidak lagi bernuansa sok aksi

Allah al Ghafar

Ampuni kami…..

Read Full Post »

Older Posts »