“Akh Cuma ngingetin, sore ini kita kumpul di rumah ustadz sampai jam 7 terus berangkat bareng untuk ‘itikaf yah ..” sms ini saya terima kemarin siang. Saya terdiam membaca sms itu karena saya tahu hari senin bukan hari pertemuan dengan ustadz.” Sempat juga sih bertanya, kenapa mesti hari ini. Terus terang saya merasa berat untuk memenuhi undangan ini. Badan ini masih terasa teramat lelah setelah perjuangan menjalankan berbagai agenda dalam kondisi kesehatan yang tidak optimal. Saya sangat butuh sekali istirahat. Ingin rasanya berbaring tenang di kasur hangat dan bangun agak siang. Belum lagi saya ingat, anak saya hari senin itu mau menunjukkan parsel buatannya di sekolah. Semua telah membuat saya cukup berat untuk datang menemui ustadz dan ikhwah yang berencana itikaf malam itu.
Dalam beratnya rasa, entah kenapa ada rasa rindu yang begitu menggigit. Tiba-tiba wajah ustadz terbayang dipelupuk mata. Senyumnya yang damai, taujihnya yang lembut namun menggelorakan semangat. Saya teramat rindu dengan ustadz. hmmm…memang dari awal ramadhan saya belum berjumpa lagi dengannya. Kerinduan inilah yang akhirnya membuat saya memacu kendaraan ini menuju rumah ustadz.
Senyuman damai para mujahid dakwah menyambut saat saya bergabung ke rumah ustadz. Ada rasa haru tersediri saat bersalaman dan berpelukan dengan mereka. Entahlah saya merasakan ada rasa aneh yang dulu sangat akrab dan cukup lama hilang terutama setelah sakit mendera tiada henti dipertengahan ramadhan ini. Semua telah membuat saya terdiam tak bisa berkata banyak.
” motor antum disimpan saja ya akh, antum ikut ana aja. Dibonceng sama ana yah “Suara ustadzpun akhirnya membuyarkan lamunan itu. Saya sebenarnya ingin berkata : ” afwan stadz, ana ngak bisa ikut ‘itikaf. Ana butuh istirahat”. Tapi sungguh, saya sulit untuk mengatakan hal itu. Saya hanya sanggup berkata : ” iya stadz, syukron …” Dan akhirnya sayapun ikut dengan rombongan menuju sebuah masjid di daerah ciwaruga. Sebuah Mesjid yang terletak di tengah-tengah tempat yang begitu sunyi. Tempat yang sedang terus dibangun menjadi sebuah sekolah unggulan yang dikelola oleh ustadz. Lagi-lagi rasa aneh itu bergetar di jiwa saat menatap mesjid yang sederhana namun indah itu. Allah..ada apakah ini ?.
Malam ini menjadi malam yang teramat panjang untuk saya. Setelah berkhidmat mempersiapkan untuk nanti makan sahur ikhwah yang lain, saya coba untuk memejamkan mata ini tapi masya Allah, mata ini rasanya sulit untuk terpejam. Dingin udara itu juga semakin membuat saya tidak mampu untuk tidur hanya mampu sedikit saja terkantuk-kantuk.
Jam 2 dini hari. Saya memutuskan untuk menghentikan upaya untuk tidur itu. Saya bangun dan mengambil air wudhu. Sejuk nian terasa saat air wudhu itu membasuh wajah ini. Air wudhu itu telah memberikan kesegaran sampai ke pori-pori. Alhamdulillah ya Allah.
Bergegas saya kembali ke mesjid dan saat tangan ini diangkat, saat ucapan takbir mengiringinya, terasa getaran itu semakin kuat dan terus menguat. Getaran itupun akhirnya merontokkan air mata ini. Getaran ini semakin kuat dan semakin jelas. Dan getaran itupun akhirnya bisa saya tafsirkan. Getaran itu adalah KEDAMAIAN. Ya Allah….mengapa rasa itu begitu asing. Padahal kedamaian adalah sesuatu yang terus menerus saya minta.
Allah memang indah. Allah selalu punya cara yang indah untuk menyeret hambanya mendekat padaNya. Allah akbar….
Dan dikeheningan itupun sujud ini terasa begitu indah. Tak terasa lisanpun mengucap :” Terima kasih Allah….Kau telah mengembalikan rasa damai yang pernah hilang itu. Yaa Muqolibul qulub, jangan pernah lagi biarkan hati ini lalai untuk mengingatMu…” Dan saya pun berkata. ” buat saya, inilah lailatul qodr itu…..
ps: untuk ustadz nasir dan ikhwah fillah semua..jazakumullah khairan katsira. Antum telah jadi washilah untuk menuju kesembuhan total jiwa dan raga ini. Syukron Jiddan….
Read Full Post »