Setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya marah. Apalagi anda yang tinggal di kota-kota besar semisal Bandung atau Jakarta. Ada saja ya…yang membuat kita marah dari mulai jalanan yang macet, angkot yang nyalip sembarangan, bos yang menyebalkan, sampai anak yang rewel, semuanya bisa membuat kita marah atau bahkan sampai sangat marah hingga kata orang sunda mah “ tandukna kaluar “plus taringnya ( seperti darakula ) deh yang keluar.
Marah memang biasa, tapi kenapa ya kita harus marah ?. Apa sih yang membuat diri kita marah.Bukankah jalan yang macet,angkot yang nyalip sembarangan dsb itu hanyalah sebuah pemicu saja ?wah…kalau seperti itu urusannya, maka sepertinya kita harus mulai melihat ke diri kita sendiri dong ya.
Sekarang mari kita melihat marah lebih ilmiah lagi. Satu langkah awal yang harus dilakukan adalah kita tidak menganggap marah itu biasa.Marah jelas bukan hal yang biasa-biasa saja. Marah adalah suatu kondisi yang luar biasa yang terjadi pada diri seseorang. Nah….berangkat dari sinilah, kita mulai menelaah marah lebih jauh lagi.
Kalau kita berbicara tentang amarah, tekanan dan tingkat toleransi terhadap tekanan adalah dua faktor yang menarik kita soroti dan pelajari.Tekanan yang ada dalam hidup ini sebenarnya berasal dari dua sumber penting. Yang pertama adalah Faktor eksternal seperti macet , bos yang marah dsb . Sementara faktor yang kedua adalah faktor internal yang menurut saya sangat penting untuk kita pelajari dan menurut saya inilah yang menjadi faktor utama penyebab kemarahan dan menyebabkan orang menjadi pemarah. Faktor internal ini secara garis besar bisa dikatakan adalah “ bermasalahnya rasa” kita.Inilah masalahnya,”bermasalahnya rasa “ kita ini bisa terjadi karena adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan.
Berbicara tentang harapan, saya jadi ingat akan cerita legendaris tentang Don Kisot. Alkisah Don Kisot adalah seorang cerdik pandai yang kesehariaanya dia isi dengan belajar dan belajar di sebuah tempat di menara sebuah puri. Don kisot terus dijejali dengan sebuah kondisi ideal yang dia baca dari buku-buku para ilmuwan dan para pemikir hingga pada satu saat, tibalah waktunya untuk dia turun dari menaranya untuk berkarya ditengah masyarakat dan apa yang terjadi ? Don kisot turun dari menara dengan berbagai literatur yang ada dibenaknya, dan dia shock dan sangat kaget ketika melihat dunia tidak seideal yang diakira dan dia baca.. Keadaan ini membuat don kisot berfikir bahwa kekuatan jahat telah menguasai dunia. Dia marah dan sangat marah. Dia gelap mata, dia serang apapun yang ada di hadapannya termasuk sebuah kincir angin besar karena dia berfikir bahwa yang menggerakkan kincir itu adalah setan.Dia serang kincir itu dan apa yang terjadi, dia mati karena pedangnya tidak mampu menebas kincir angin itu dan justeru kincir angin itu yang menebas lehernya hingga putus.
Sepenggal kisah tentang Don kisot itu, seharusnya membuat kita berfikir banyak. Ilmu dan kecerdasan tidak akan sempurna tanpa pemahaman sebuah realita dan menghadapi realita dengan arif dan sabar . Realita memang tidak seideal yang kita harapkan. Dan ketika menghadapi realita seperti inilah, kemarahan justeru akan membuat ilmu menjadi tidak berarti apa-apa dan idealismepun akhirnya menjadi sebuah utopia yang tak mungkin terwujudkan.
Tidak beda dengan Don kisot, realita dalam kehidupan kita terkadang juga tidak seindah yang kita harapkan. Di rumah, di kantor atau dijalan raya semuanya memilki realita yang terkadang tidak seperti yang kita inginkan. Tatkala seorang suami mengharapkan istri yang cantik dan sholehah, ternyata dalam kenyataannya jarang yang mendapatkan itu secara sempurna. Tatkala kita ingin pergi ke berbagai tempat tanpa terhambat oleh kemacetan, kita malah menghadapi kemacetan yang luar biasa setiap harinya. Ya..itulah hidup.
Kembali ke topik tentang marah tadi. Setelah kita tahu bahwa realitas tidak seperti yang kita inginkan, maka benar-benar kita harus sangat arif dan bijak menghadapi semua hal yang tidak sesuai dengan harapan kita. Sepertinya kita harus belajar untuk memilah dengan apa yang terjadi dalam rasa kita.Kita harus belajar untuk mengendalikan marah kita bukankah rasul telah bersabda “Barangsiapa yang menahan marah padahal sebenarnya ia bisa untuk melampiaskannya maka nanti pada hari kiamat Allah subhanahu wa ta’ala akan memanggilnya di hadapan sekalian makhluk kemudian ia disuruh untuk memilih bidadari yang cantik jelita sesuai dengan yang diinginkannya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi) atau juga sabda Rasul yang lainnya “Yang dikatakan orang kuat bukanlah orang yang menang bergulat tetapi yang dikatakan orang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya pada waktu marah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Saatnya kita mulai mengendalikan marah kita. Persoalan apapun yang terjadi dalam hidup kita, tentu harus kita selesaikan, namun jangan kita menyertakan marah dalam penyelesaian itu.Semoga kita bisa jadi pribadi yang bisa mengendalikan amarah dalam diri kita. Amin….